Ini Bahaya Konsumsi Makanan dan Minuman Sebagai Pelampiasan Stres - Faktor tekanan atau stress adalah hal yang kerap terjadi, terutama di kota-kota besar. AGEN CASINO TERBAIK
Tidak heran jika berbagai macam cara dilakukan masyarakat untuk menghadapi stres, salah satunya adalah mengonsumsi makanan atau minuman yang dianggap sebagai comfort food.
Kebiasaan tersebut dapat memicu emotional eating yang jika tidak dikendalikan dapat meningkatkan asupan Gula Garam Lemak (GGL) yang mampu memicu penyakit tidak menular.
“Faktor psikologis dan fisiologis mempengaruhi apa yang kita konsumsi dan menentukan hubungan yang dimiliki antara makanan dan emosi," kata Tara de Thouars, BA, M.Psi, psikolog yang kerap menangani kasus emotional eating saat Jakarta Food Editor’s Club (JFEC), Selasa (18/12/2018).
Dikatakannya, seseorang membutuhkan makanan untuk bertahan hidup, tetapi ada makanan tertentu yang kita konsumsi dalam kondisi spesifik.
Dalam kondisi ini, seseorang biasanya menginginkan makanan berkalori tinggi dengan nilai gizi yang minim.
"Jenis makanan yang biasanya dikonsumsi biasa disebut comfort food, seperti es krim, kue, coklat, kentang goreng atau pizza,” katanya. AGEN BOLA TERPERCAYA
Tara menyebut emotional eating memiliki beberapa tanda yang bisa kita kenali, seperti secara tiba-tiba muncul keinginan makan makanan yang spesifik, atau cenderung makan lebih dari biasanya tapi setelahnya kita merasa bersalah.
Vera Yudhi H. Napitupulu, STP selaku Manager Program Klinik LightHOUSE mengatakan, ketika makan dalam kondisi yang sebenarnya sedang tidak lapar, tubuh sebenarnya sedang tidak membutuhkan kalori.
"Bila kondisi ini terus berulang, maka kelebihan kalori akan disimpan sebagai lemak dan dapat menyebabkan obesitas," katanya.
Mengatasi emotional eating perlu melibatkan edukasi kepada individu terkait cara pandang yang sehat akan makanan, membangun pola makan lebih baik, mengenali pemicunya dan membangun langkah-langkah tepat untuk menghadapi stress.
"Salah satunya adalah membangun pengertian bahwa comfort food bukan berarti makanan yang tidak sehat," kata Kepala Subdit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI, dr. Prima Yosephine, MKM.
Dikatakannya, edukasi semacam ini juga sejalan dengan kampanye “Isi Piringku”, yaitu kampanye yang diprakarsai Kementerian Kesehatan RI untuk menggantikan kampanye “4 Sehat 5 Sempurna”, sesuai dengan perkembangan penelitian mengenai asupan gizi yang diperlukan tubuh.
Kampanye “Isi Piringku” menggambarkan porsi ideal untuk orang dewasa normal dalam satu porsi piring: Lauk pauk (sumber protein) dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring. Sayur-sayuran (sumber vitamin dan mineral) dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring dan buah-buahan (sumber vitamin dan mineral) dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring. AGEN BOLA,CASINO INDONESIA TERBESAR
Sedangkan konsumsi GGL yang disarankan adalah 4 sendok makan (50 gr) gula per hari, 1 sendok teh (2 gr) garam/ hari, dan 5 sendok makan lemak (minyak goreng, dll)/ hari setara dengan 67 gram.”
Maria Dewantini Dwianto selaku Head of Corporate Communications PT Unilever Indonesia, Tbk menjelaskan, Unilever Indonesia memahami adanya fenomena emotional eating.
"Sebagai bagian dari komitmen kami untuk membantu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, kami mengambil tema Emotional Eating, Waspadai Asupan Gula, Garam, Lemak (GGL) dalam Jakarta Food Editor’s Club (JFEC) kali ini,” katanya.
0 komentar:
Posting Komentar