Berhentilah Melihat Menstruasi sebagai Tabu - Pengalaman perempuan pertama kali menstruasi jamak dipenuhi rasa takut dan kikuk. Menstruasi dianggap sebagai hal tabu, sehingga tak jarang perempuan merasa malu ketika harus membicarakannya di depan umum. Edukasi menstruasi sebagai siklus biologis yang wajar terjadi belum menjadi lumrah. AGEN JUDI ONLINE TERPERCAYA
![](https://i.giphy.com/media/8PBFDTJpKHBaP2Ish6/giphy.webp)
Air muka dua remaja laki-laki tampak kaget ketika membuka isi sebuah bungkusan putih kecil yang disodorkan pada mereka. Ada kesan canggung dan segan saat mereka ditanya mengenai fungsi benda tersebut.
“Pembalut, buat....” kata salah seorang dari mereka, tersipu, tak meneruskan kalimatnya.
Ternyata respons malu-malu tak hanya diperlihatkan remaja laki-laki saat membicarakan menstruasi. Mimik serupa juga diperlihatkan teman perempuan mereka saat diberi benda yang sama. Bahkan, satu di antaranya hanya tersenyum kecut, menggeleng, memilih tak menjawab pertanyaan.
Respons-respons tersebut merupakan jawaban dari sekelompok remaja yang dikumpulkan UNICEF Indonesia saat berbincang masalah menstruasi. Jelas, reaksi mereka menunjukkan bahwa menstruasi masih dianggap sebagai hal tabu untuk diperbincangkan. Karena tabu ini, jamak remaja perempuan tak mempersiapkan masa menstruasi pertamanya dengan baik karena malu atau segan bertanya masalah menstruasi pada orangtua maupun guru di sekolah. . BANDAR TOGEL TERBESAR | SITUS TOGEL TERBAIK
Di sisi lain, kondisi ini diperparah dengan banyaknya sekolah yang belum memiliki fasilitas kebersihan dan kesehatan reproduksi yang memadai. Mereka juga sering mendapat perundungan ketika “tembus” atau harus bolak balik ke kamar mandi untuk mengganti pembalut. Menurut data Plan Internasional Indonesia, sekitar 39 persen remaja perempuan diejek oleh temannya saat menstruasi. Perlu peran serta orangtua dan guru untuk mengedukasi siswa bahwa menstruasi adalah kondisi wajar dan bukan bahan ejekan.
0 komentar:
Posting Komentar