Kenapa Wanita Ingin Dimengerti pria - Gejolak pemikirannya, dan keinginannya sendiri. Wanita bukannya bodoh tidak tahu apa yang dia butuhkan. Justru sebaliknya, wanita cerdas dan cermat, tapi dia kewalahan mempertimbangkan begitu banyak ‘kalau begini, kalau begitu’ sehingga sulit mengambil keputusan terbaik. Stereotip sederhananya: wanita begitu ingin dimengerti (dan dibantu, dan dibela, dan dipermudah, dsb) karena dia merasa sulit mengerti dirinya sendiri.
Ada banyak kisah nyata maupun anekdot menggambarkan kompleksnya seorang wanita. Misalnya seorang wanita bisa pergi ke mall untuk belanja sepatu, namun pulang menenteng barang-barang selain sepatu. Wanita mendambakan hubungan yang penuh kasih sayang, namun malah membiarkan dirinya terpikat para penjahat kelamin. Wanita bermimpi kisah cinta yang alami mengalir dari persahabatan, namun tidak tertarik dengan para sahabat prianya. Wanita susah payah tampil cantik menarik perhatian, tapi jutek setengah mampus ketika didekati. Jokes kamus perbedaan sikap dan makna juga rasanya tidak akan pernah usang. Bukan cuma pria mengaku wanita adalah makhluk sulit, banyak wanita juga mengkonfirmasinya, bahkan mengaku lebih suka bersahabat dengan pria. Kenapa wanita sesulit itu? Dan jika wanita ingin dimengerti, kenapa sepertinya mereka malah mempersulit diri? AGEN JUDI ONLINE TERPERCAYA
![AGEN JUDI ONLINE TERPERCAYA | BANDAR TOGEL TERBESAR | SITUS TOGEL TERBAIK AGEN JUDI ONLINE TERPERCAYA | BANDAR TOGEL TERBESAR | SITUS TOGEL TERBAIK](https://i.giphy.com/media/8PBFDTJpKHBaP2Ish6/giphy.webp)
Sebagian orang menganggap kerumitan itu terjadi karena pria berpikir dengan otak dan wanita berpikir dengan hati. Menurut saya, itu adalah dualisme yang dungu karena sistem intelijensia hanya bisa dilakukan otak; hati adalah bagian sistem pencernaan, tidak mampu berpikir sama sekali. Tapi saya tidak menyangkal bahwa sepertinya wanita lebih cenderung terjebak ombak pertimbangan dan emosi dibanding pria. Otak manusia terdiri dari 40% gray matter dan 60% white matter, dan pria diketahui mengandalkan gray matter yang berfokus pada kemampuan kognisi sementara wanita mengandalkan white matter yang menghubungkan memori, emosi, dan hubungan antar gray matter. Ternyata memang ada penjelasan biologis dari stereotip pria pemikir dingin dan teknis sementara wanita pemikir emosional dan holistik (alias menyeluruh). BANDAR TOGEL TERBESAR | SITUS TOGEL TERBAIK
Jika gray matter adalah sebuah komputer maka white matter adalah kabel-kabel yang menyambungkan satu komputer ke komputer lain seperti jaringan internet. Ketika berpikir, wanita menggunakan ‘jaringan internet’ sehingga berproses lebih luas dan kompleks dibanding pria. Di satu sisi, kemampuan berpikir wanita tersebut cocok menyeimbangi kemampuan pria yang cenderung sempit, dangkal, dan simplistik. Tapi di sisi lain, memiliki komputer yang tak berhenti memperhitungkan informasi juga membuat wanita merasa bingung mumet mengelola dirinya, gejolak pemikirannya, dan keinginannya sendiri. Wanita bukannya bodoh tidak tahu apa yang dia butuhkan. Justru sebaliknya, wanita cerdas dan cermat, tapi dia kewalahan mempertimbangkan begitu banyak ‘kalau begini, kalau begitu’ sehingga sulit mengambil keputusan terbaik. Stereotip sederhananya: wanita begitu ingin dimengerti (dan dibantu, dan dibela, dan dipermudah, dsb) karena dia merasa sulit mengerti dirinya sendiri.
Contoh tipikal dunia nyatanya: ketika mereka berpikir begitu panjang dan bertanya-tanya, “Lebih baik pakai baju merah atau baju biru?” Ketika kalian berkeliling di food court, mereka kebingungan dan berkata, “Terserah apa aja deh.” Ketika mereka kalap mengambil barang-barang yang tidak urgent diperlukan di pesta diskon (atau bisa juga seperti pasangan saya yang malah jadi antipati tidak beli apa-apa karena pusing sendiri, LOL!). Ketika mereka serba salah ingin tampil menonjol tapi takut dianggap sok pamer dan ingin kalem saja tapi takut kehilangan kesempatan. Ketika mereka mengaku mengaku atau menginginkan sesuatu, tapi malah melakukan hal-hal lain yang sepertinya berlawanan.
Selain kewalahan mengerti dan mengambil keputusan, wanita juga bisa ‘tidak nyambung’ mengkoordinasikan pikiran dan sensasi tubuhnya sendiri. Meredith Chivers adalah psikolog klinis yang meneliti 2,502 wanita dan 1,918 pria tentang kesadaran diri dan stimulasi pada alat kelamin mereka. Hasilnya sangat unik: pria mengaku merasa terangsang ketika penisnya sedang ereksi, sementara banyak wanita mengaku tidak merasa terangsang padahal vaginanya sedang basah terlubrikasi. Mungkin mereka benar-benar tidak sadar dirinya terangsang, mungkin juga mereka sadar tapi jaim/enggan mengaku terangsang. Luar biasa. Saya rasa mirip dengan pola tingkah wanita berkata, “Gapapa kok!” padahal hatinya dongkol setengah mati.
Ada satu lagi penelitian unik oleh Susan Sprecher. Ketika ditanyai tentang kriteria pasangan idaman, wanita memulai urutan terpenting dari Faktor Kepribadian, lalu Faktor Ekspresif, lalu Faktor Finansial, dan terakhir Faktor Fisik. Namun ketika ditunjukkan sejumlah pria lalu diminta memilih salah satu yang diidamkan, terungkap sebenarnya mereka memulai penilaian dari kemenarikan fisik. Ajaib sekali, apa yang wanita pikir sebagai faktor paling tidak penting (alias nomor terakhir) justru sebenarnya adalah faktor terpenting (alias nomor pertama). Sprecher menyimpulkan, “The discrepancy between the experimental results and the subjects’ perceptions of how the factors affected their attraction were interpreted to indicate that people may not be aware of what attracts them to another.” Wajar jika wanita merasa tersesat dan sering terjerat hal-hal yang (mereka pikir) mereka tidak inginkan.
0 komentar:
Posting Komentar