Wacana Ahok Show mendapat tanggapan dari comica Ernest Prakasa.
Pada tahun 2017 lalu, Ahok memang mencari stasiun televisi yang tertarik untuk menayangkan program Ahok Show.
Ahok Show, dilansir dari Kompas.com, sebuah acara berdurasi satu jam.
Dalam Ahok Show, Basuki Tjahaja Purnama menjadi host.
Jumat (17/3/2017) Ahok Show sempat tayang di akun media sosial milik BTP atau Ahok, seperti Instagram, Facebook dan Youtube.
"Gue mau bikin, kalau 'Ahok Show' laku, gue mau bisnisin. Masuk (tayang di stasiun) TV," kata Ahok, di XXI Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Sabtu (18/3/2017) dikutip dari Kompas.com.
Menurut Ahok nantinya keuntungan yang didapat dari Ahok Show akan dibagi ke stasiun televisi dan dirinya.
Pada saat itu, Ahok membantah bila Ahok Show dimanfaatkan untuk menarik perhatian pemilih muda dalam Pilkada DKI Jakarta.
AGEN BOLA TERPERCAYA
"Enggak. (Ahok Show) masuk TV, kita kerjasama bagi hasil," kata Ahok tertawa.
Namun belum terwujud keinginan untuk menayangkan Ahok Show di TV, Ahok sudah terjerat kasus penistaan agama.
Setelah wacana ini menguap karena Ahok dipenjara, warganet di Twitter mulai kembali menghembuskannya.
Akun @Agus_Mulyadi satu diantaranya yang memasang foto Ahok dengan tulisan "Punya tv Show ?"
dalam keterangannya, akun tersebut melempar pertanyaan ke netizen setuju atau tidak.
Ernest Prakasa yang sangat aktif di media sosial Twitter menanggapi postingan @Agus_Mulyadi ini.
Ernest Prakasa lewat akun Twitter yang sudha terverifikasi mengatakan siap untuk menjadi co-host Ahok Show.
AGEN CASINO TERBAIK
"Siap jadi co-host!," tulis Ernest Prakasa soal kode Ahok Show
Gabung PDI Perjuangan
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dikabarkan akan bergabung dengan PDI Perjuangan selepas keluar dari Rutan Mako Brimob.
Hal itu dikatakan Ketua Bidang Keanggotaan dan Organisasi PDIP Djarot Saiful Hidayat usai bertemu Ahok di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu seperti dikutip TribunJakarta.com dari Tribunnews.com.
Dalam kesempatan tersebut, ucap Djarot, Ahok meminta agar pendukungnya di Jakarta atau Ahokers mendukung pasangan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Kiai Ma'ruf Amin.
"Saya ketemu sama Pak Ahok, dia bilang, 'Mas tolong pendukung-pendukung kita itu, kalau bisa jangan golput. Kalau bisa pilih Pak Jokowi'," ujar Djarot di kantor PDIP cabang Sleman, Senin (26/11/2018).
Hal tersebut diungkapkan Djarot saat memberikan sambutan dalam rangka konsolidasi pemenangan pemilu 2019 di hadapan ratusan kader PDIP yang mengenakan kemeja merah dengan lambang banteng moncong putih.
Djarot mengatakan, Ahok meminta pendukungnya memilih PDIP.
Sebab, PDIP menjadi partai yang berani berada di garis depan, ketika ada pihak yang melawan ideologi Pancasila.
"Di samping itu, dia harusnya memilih PDI Perjuangan. Karena yang berani betul di garis depan, ketika ada yang melawan Pancasila, ketika ada yang menghina seseorang warga negara, mencaci, membenci, dan sebagainya, sebagainya, yang berani paling depan adalah PDI Perjuangan," ujar Djarot mengulang pembicaraannya dengan Ahok.
Djarot pun mengungkapkan, jika Ahok keluar dari Mako Brimob dan masuk ke dunia politik, maka Ahok akan masuk PDIP.
"Ini betul. Makanya dia bilang, kalau nanti saya masuk politik, saya akan pasti masuk PDI Perjuangan," kata Djarot.
"Ketika dia dihajar seperti itu di Jakarta, saya juga dihajar seperti itu, yang paling berani membela, menunjukkan sikapnya adalah kader-kader PDI Perjuangan, utamanya wabil khusus dari Daerah Istimewa Yogyakarta datang juga ke Jakarta," tambah Djarot.
Reaksi Sandiaga Uno
Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 2, Sandiaga Uno tidak berkomentar banyak mengenai ucapan Djarot.
Sandiaga mengaku hanya mengucapkan selamat atas keputusan Ahok tersebut.
Sandiaga yang kini tengah berkampanye di pusat industri rumah tangga di Desa Kalibaru Wetan, Kalibaru, Banyuwangi, Jawa Timur pada Selasa (27/11/2018) itu tidak menyebutkan alasan mengapa tidak merangkul Ahok pasca bebas nanti.
Dikutip dari Warta Kota, Sandi berharap agar Ahok dapat kembali mengabdi kepada negeri.
"Ya saya tidak memiliki komentar banyak. Saya ucapkan selamat saja dia sahabat saya lama. Kebetulan kita sama-sama mengabdi di DKI, harapan kita agar tetap mengabdi untuk negeri," ungkap Sandi dihubungi pada Selasa (27/11/2018).
Permintaan PSI
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie menanggapi kabar yang diembuskan Ketua DPP PDI-Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat terkait mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ingin bergabung ke PDIP.
Mengamati bentuk klaim Djarot, Grace Natalie melihat nada belum pasti di balik klaim Ahok akan bergabung ke Partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri.
"Saya baca, statement-nya adalah kalau mau masuk. Berarti belum pasti," ujar Grace Natalie kepada Tribunnews.com, Selasa (27/11/2018).
Meskipun demikian, menurut Grace Natalia, PSI menghormati putusan Ahok jika akan bergabung dengan PDI-Perjuangan.
Bahkan menurut Grace Natalie, PSI mendoakan Ahok untuk tetap semangat dan terus berjuang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Kita hargai langkah-langkah yang akan diambil Pak Ahok dan mendoakan beliau agar tidak patah semangat dan terus berjuang bagi NKRI," tegas Grace Natalie.
Fahri Hamzah Nilai Wajar
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah turut menanggapi pernyataan Ketua Bidang Keanggotaan dan Organisasi PDIP Djarot Saiful Hidayat yang menyebut mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok akan bergabung dengan PDIP.
Menurut Fahri Hamzah, hal tersebut wajar dilakukan Ahok karena kesamaan ideologi dirinya dengan PDIP.
Fahri Hamzah yang juga politikus asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu justru mengatakan tak mungkin Ahok mendukung capres Prabowo Subianto.
"Dia (Ahok) walaupun dulu didukung Pak Prabowo di DKI kan enggak mungkin untuk geser dukung Pak Prabowo Subianto, kecuali kalau tiba-tiba dia dukung Pak Prabowo Subianto itu baru ada penjelasan yang sulit, harus dicari. Tapi kalau dia mendukung Pak Jokowi dan PDIP memang itu garis ideologinya yang selama ini keliatan," ujar Fahri Hamzah di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (27/11/2019).
Fahri Hamzah pun menghormati keputusan Ahok jika nantinya dia aktif kembali di dunia politik setelah bebas dari hukuman penjara.
"Asal sudah habis masa tahanannya terus dia aktif kembali maka dia punya hak penuh untuk dipilih dan memilih berdasarkan Undang-Undang Dasar tentang berserikat, berpendapat dan berkumpul," kata Fahri Hamzah.
Kemungkinan Ahok Gabung PDIP
Sangat mungkin mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan bergabung ke PDI Perjuangan setelah bebas.
Demikian menurut Pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing kepada Tribunnews.com, Selasa (27/11/2018).
Apalagi menurut Emrus Sihombing, spirit PDI Perjuangan sama dengan yang selama ini menjadi spirit politik Ahok.
"Ahok itu memperjuangkan kerakyatan. Artinya bagaimana meningkatkan taraf hidup masyarakat kecil. Pun Ahok sebagai tokoh pluralis. Dan ini sejalan dengan perjuangan politik PDI Perjuangan," ujar Emrus Sihombing kepada Tribunnews.com, Selasa (27/11/2018).
Oleh karena itu Emrus Sihombing menilai besar kemungkinan Ahok akan menjatuhkan pilihan ke PDI Perjuangan sebagai kendaraan politik barunya, setelah menyelesaikan masa hukumannya.
Selain juga, imbuhnya, PDI Perjuangan menjadi partai politik yang mengusung Ahok ketika Pilgub DKI Jakarta yang lalu.
"Namun demikian itu adalah hak otonomi Ahok sendiri dan ditentukan dari dialog-dialog dengan PDI perjuangan," jelas Emrus Sihombing.
Sementara Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai belum tentu mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan bergabung ke PDI Perjuangan.
Karena menurut Hendri Satrio, keputusan pilihan partai politik ada di tangan Ahok.
Bukan semata klaim dari Ketua DPP PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat terkait Ahok ingin bergabung ke PDI-Perjuangan.
Apalagi, dia menilai, Ahok sudah punya loyalis dan massa pendukung yang terlihat setia kepadanya hingga kini.
"Apa ke PDI Perjuangan? Belum tentu. Ahok mungkin bisa saja masuk ke PSI, bisa ke NasDem atau kembali dalam partai politik asalnya, yang juga menjadi pendukung Joko Widodo (Jokowi) yakni Golkar," jelas Hendri